Rabu, 09 Maret 2016

AKHLAK MULIA #yaqines #GUS #ARSIP



AKHLAK MULIA

Oleh: A. Mustofa Bisri

ﻗﻞ ﺍﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﺤﺒﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺎﺗﺒﻌﻮﻧﻲ ﻳﺤﺒﺒﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﻐﻔﺮ ﻟﻜﻢ
ﺫﻧﻮﺑﻜﻢ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻏﻔﻮﺭ ﺭﺣﻴﻢ )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ٣١: )
“Katakanlah, jika kamu benar menyintai Allah, ikutilah aku; maka
Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Hampir semua orang beragama mengaku menyintai Allah, tapi
mungkin tidak terlalu banyak yang berusaha mengikuti jejak
RasulNya, kecuali dalam pengakuan.
Ini boleh jadi karena keengganan untuk lebih mengenal Rasulullah
SAW sebelum mengaku mengikuti jejaknya.
Umumnya orang merasa tidak punya waktu untuk membaca
sunnah Rasulullah SAW agak sedikit komplit. Umumnya, orang
membaca, menulis, atau menyampaikan hadis Nabi Muhammad
SAW –bahkan Al-Quran—sebata s yang sesuai dengan
kecenderungan mereka yang bersangkutan. Hal ini tidak mengapa,
asal tidak sampai meninggalkan atau melewatkan nilai penting --
apa pula yang terpenting-- dari nilai-nila mulia Rasulullah SAW.
Nilai yang apabila kita ikuti merupakan dakwah tersendiri yang
pasti tidak kalah dari dakwah-dakwah kreasi kita sendiri.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan tampilkan sifat utama
Rasulullah SAW yang sesuai dengan missi utamanya. Satu dan
lain hal agar kita yang di muara ini dapat sedikit melihat beningnya
MataAir.
Seperti dinyatakan oleh al-Quran sendiri dan persaksian para
sahabat beliau, Panutan agung kita Nabi Muhammad SAW adalah
seorang yang berakhlak sangat mulia. Imam Bukhari
meriwayatkan dari shahabat Anas r.a. yang berkata:
" ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺎﺣﺸﺎ ﻭﻻ ﻟﻌﺎﻧﺎ ﻭﻻ
ﺳﺒﺎﺑﺎ .."
“Rasulullah SAW orangnya tidak keji dan kasar, tidak tukang
melaknat, dan tidak suka mencaci..”
Imam Bukhari juga meriwayatkan pernyataan Masruq r.a.yang
mirip pernyataan Anas:
" ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺎﺣﺸﺎ ﻭﻻ ﻣﺘﻔﺎﺧﺸﺎ
ﻭﺍﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻥ ﺧﻴﺎﺭﻛﻢ ﺍﺣﺎﺳﻨﻜﻢ ﺍﺧﻼﻗﺎ"
“Rasulullah SAW bukanlah orang yang keji dan suka bicara kotor.
Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara
kalian ialah orang-orang yang paling baik pekertinya.”
Shahabat Anas yang pernah meladeni Rasulullah SAW selama
sepuluh tahun tidak pernah sekali pun mendengar Rasulullah SAW
membentaknya. (Lihat persaksiannya di Bukhari dan Muslim).
Bahkan Imam Bukhari meriwayatkan:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻼﻡ ﺍﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﻋﻦ ﺍﻳﻮﺏ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ
ﺑﻦ ﺍﺑﻲ ﻣﻠﻴﻜﺔ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﺍﻥ ﻳﻬﻮﺩ ﺍﺗﻮﺍ ﺍﻟﻨﺒﻲ
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺴﺎﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻋﻠﻴﻜﻢ
ﻭﻟﻌﻨﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻏﻀﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻬﻼ ﻳﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻋﻠﻴﻚ
ﺑﺎﻟﺰﻓﻖ ﻭﺍﻳﺎﻙ ﻭﺍﻟﻌﻨﻒ ﻭﺍﻟﻔﺤﺶ ﻗﺎﻟﺖ ﺍﻭﻟﻢ ﺗﺴﻤﻊ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻮﺍ؟ ﻗﺎﻝ
ﺍﻭﻟﻢ ﺗﺴﻤﻌﻲ ﻣﺎ ﻗﻠﺖ ﺭﺩﺩﺕ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻴﺴﺘﺠﺎﺏ ﻟﻲ ﻓﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ
ﻟﻬﻢ ﻓﻲ )ﻭﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ: ﻗﺪ ﻗﻠﺖ ﻭﻋﻠﻴﻜﻢ )
Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW dan berkata
“As-saamu ‘alaikum!” (bukan Assalaamu ‘alaikum), “Kematian
bagimu!”. Sayyidatina ‘Aisyah pun menyahut: “Kematiaan juga
bagi kalian dan juga laknat Allah dan murka Allah!” Rasulullah SAW
pun menegur: “Tenang, ‘Aisyah; jagalah kelembutan, jangan kasar
dan keji!” Sayyidatina ‘Aisyah masih menjawab: “Apakah
Rasulullah tidak mendengar apa yang mereka katakan?” Rasulullah
bersabda: “Apakah kau tidak mendengar apa yang aku katakan?
Aku telah mengembalikan doa mereka kepada mereka (Rasulullah
sudah menjawab “wa’alaikum” yang artinya “bagi kalian juga”)
doaku atas mereka diijabahi dan doa mereka terhadapku tidak”.
Alangkah mulianya akhlak Rasulullah! Sampai pun sikap buruk
mereka yang membencinya, tidak mampu membuat beliau
meradang; bahkan menasehati isterinya agar tetap bersikap
lembut; tidak kasar dan keji.
Akhlak yang mulia ini, sesuai benar dengan missi Rasulullah SAW
seperti disabdakannya sendiri,
" ﺍﻧﻤﺎ ﺑﻌﺜﺖ ﻻﺗﻤﻢ ﺻﺎﻟﺢ ﺍﻻﺧﻼﻕ"
“Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan kebaikan
akhlak.” (Imam Ahmad dari Sa’ied bin Manshur dari Abdul ‘Aziez
bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ajlaan dari al-Qa’qaa’ bin
Hakiem dar Abi Shaleh dari Abu Hurairah).
Bandingkan akhlak Rasulullah itu dengan banyak penganutnya
yang gemar melaknat dan mencaci bahkan terhadap saudaranya
sendiri.
Sehebat apa pun takwa orang Islam, pastilah tidak mungkin
melebihi takwa Rasulullah SAW. Menyamai saja tidak. Sebesar apa
pun ghierah atau semangat beragama orang Islam, pastilah tidak
mungkin melebihi ghierah dan semangat beragamanya Rasulullah
SAW. Menyamai saja tidak. Hanya saja dalam ghierah dan
semangat beragama itu, dalam membela Allah dan agamaNya,
Rasulullah SAW tidak mengikut sertakan nafsunya. Boleh jadi
nafsu inilah yang membedakan; nafsu inilah yang membuat
seolah-olah banyak muslim masa kini tampak lebih bersemangat
dari Rasulullah sendiri. Padahal tidak.
Seandainya umat Islam mau meniru sifat mulia Rasul mereka itu
dan mengikuti jejaknya, pastilah banyak persoalan-perso alan
keumatan, khususnya dalam pergaulan hidup mereka sendiri,
dapat dengan mudah teratasi.
Allahummahdinaa fiiman hadaiTa..

_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar